Kapan Anak Perlu Antibiotik?
Antibiotik merupakan salah satu penemuan medis
paling penting dalam dunia kesehatan. Obat ini bekerja untuk melawan infeksi
yang disebabkan oleh bakteri. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat,
terutama pada anak-anak, dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, termasuk
resistensi antibiotik, gangguan pencernaan, dan menurunnya kekebalan alami
tubuh.
Orang tua perlu memahami bahwa tidak semua penyakit anak memerlukan antibiotik. Lalu, kapan sebenarnya antibiotik dibutuhkan?
PAHAMI DAN TERAPKAN AGAR TIDAK RESISTEN"
1. Antibiotik Dibutuhkan Saat Infeksi Disebabkan oleh Bakteri
Beberapa kondisi pada anak yang umumnya disebabkan
oleh bakteri dan mungkin memerlukan antibiotik antara lain:
- Infeksi Telinga Tengah (Otitis Media Akut)
Biasanya disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus pneumoniae. Jika gejala parah, demam tinggi, atau tidak membaik dalam 2–3 hari, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik. - Radang Paru-Paru (Pneumonia Bakterial)
Ditandai dengan batuk, sesak napas, demam tinggi, dan napas cepat. Diagnosis ditegakkan lewat pemeriksaan fisik dan/atau rontgen dada. - Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Gejalanya bisa berupa demam tanpa sebab yang jelas, nyeri saat buang air kecil, atau urin berbau tajam. Diagnosis dikonfirmasi dengan pemeriksaan urin. - Demam Tifoid (Tipes)
Bila hasil laboratorium menunjukkan infeksi Salmonella typhi, antibiotik akan diberikan sesuai sensitivitas bakteri. - Radang Tenggorokan Akibat Streptokokus (Strep Throat)
Bukan semua radang tenggorokan perlu antibiotik. Hanya bila disebabkan oleh Streptococcus pyogenes, yang dibuktikan lewat tes usap tenggorokan (rapid test atau kultur).
2. Penyakit yang
Tidak Perlu Antibiotik
Banyak penyakit anak yang sering disebabkan oleh virus dan tidak
memerlukan antibiotik, misalnya:
- Batuk pilek
biasa
- Influenza
- Radang
tenggorokan karena virus
- Bronkiolitis
(terutama pada bayi)
- Demam berdarah
- Diare akut yang
umumnya disebabkan oleh virus
Pemberian antibiotik pada kondisi ini tidak hanya tidak efektif,
tapi juga bisa menyebabkan efek samping seperti diare, alergi, dan risiko
resistensi antibiotik di masa depan.
PELAJARI ATURAN MINUM OBAT CEKK!!!
3. Risiko Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat
- Resistensi Antibiotik: Bakteri
menjadi kebal terhadap obat, sehingga infeksi di masa depan lebih sulit
diobati.
- Gangguan Flora Usus: Antibiotik
dapat membunuh bakteri baik di usus, mengganggu pencernaan anak.
- Efek Samping: Seperti ruam kulit, mual, muntah, hingga reaksi alergi berat
(anafilaksis).
4. Tips Bijak Menggunakan Antibiotik pada Anak
- Selalu konsultasikan ke dokter sebelum memberikan antibiotik.
- Ikuti dosis dan durasi yang dianjurkan. Jangan berhenti sebelum waktu yang ditentukan meski gejala membaik.
- Jangan menyimpan atau menggunakan antibiotik
sisa.
- Jangan menuntut antibiotik jika dokter tidak merekomendasikannya.
Kesimpulan
Antibiotik adalah obat penting, tapi penggunaannya harus benar dan hanya
untuk infeksi bakteri. Sebagai orang tua, kita perlu bijak dan tidak
tergesa-gesa meminta antibiotik saat anak demam atau batuk pilek. Berkonsultasi
dengan dokter adalah langkah terbaik untuk menentukan apakah antibiotik memang
diperlukan.
Daftar Pustaka
- Kementerian Kesehatan RI. (2022). Pedoman
Penggunaan Antibiotik Secara Bijak. Jakarta: Kemenkes.
- World Health
Organization. (2023). Antibiotic resistance – Key facts. Retrieved
from https://www.who.int
- Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI). (2022). Kapan Anak Memerlukan Antibiotik?.
Retrieved from https://www.idai.or.id
- Mayo Clinic.
(2023). Antibiotics: When they can and can’t help. Retrieved from https://www.mayoclinic.org
- Centers for
Disease Control and Prevention (CDC). (2022). Be Antibiotics Aware:
Smart Use, Best Care. Retrieved from https://www.cdc.gov
Komentar
Posting Komentar